Rabu, 12 Desember 2012

ASKEP HIPERTENSI



http://bimg.antaranews.com/kalbar/2012/05/ori/20120508hipertensi.jpg


1.      Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (Armilawaty, 2007)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

2.      Etiologi Hipertensi
  • Hipertensi Primer (esensial)           
Hipertensi Primer (esensial) yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungn, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin,defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko,seperti obesitas, alkohol, perokok, serta polisitemia.          
  • Hipertensi Sekunder atau hipertensi renal
 Terdapat 5% khasus.penyebab spesifikya diketahui, seperti gangguan esterogen,penyakitginjal, hipertensi vaskuler,hiperal dosteronisme primer, dan sindrom shing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi berhubungan dengan kehamilan dll.

3.      Klasifikasi 
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII [1]
Kategori
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
Normal
< 120 mmHg
(dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi
120-139 mmHg
(atau) 80-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg
(atau) 90-99 mmHg
Stadium 2
>= 160 mmHg
(atau) >= 100 mmHg
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
  1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
  2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
  1. Penyakit Ginjal
    • Stenosis arteri renalis
    • Pielonefritis
    • Glomerulonefritis
    • Tumor-tumor ginjal
    • Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
    • Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
    • Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
  2. Kelainan Hormonal
    • Hiperaldosteronisme
    • Sindroma Cushing
    • Feokromositoma
  3. Obat-obatan
    • Pil KB
    • Kortikosteroid
    • Siklosporin
    • Eritropoietin
    • Kokain
    • Penyalahgunaan alkohol
    • Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
  4. Penyebab Lainnya
    • Koartasio aorta
    • Preeklamsi pada kehamilan
    • Porfiria intermiten akut
    • Keracunan timbal akut.
4.Patofisiologi



















5.    Tanda dan Gejala
  1. Pusing
  2. Mudah marah
  3. Telinga berdengung
  4. Mimisan (jarang)
  5. Sukar tidur
  6. Sesak nafas
  7. Rasa berat di tengkuk
  8. Mudah lelah
  9. Mata berkunang-kunang

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah :
  1. Gangguan penglihatan
  2. Gangguan saraf
  3. Gagal jantung
  4. Gangguan fungsi ginjal
  5. Gangguan serebral (otak) yg mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma. 
     Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
  1. sakit kepala
  2. kelelahan
  3. mual
  4. muntah
  5. sesak nafas
  6. gelisah
  7. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
       Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera 

6.    Pemeriksaan Diagnostik dan  Laboratorium
Pemeriksaan Diagnostik
  1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
  2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
  3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
  4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
  5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
  6. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler)
  7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.
  8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).
  9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
  10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
  11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.
  12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
  13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
  14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
  15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
  16. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.

b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.

8.    Diagnosa Keperawatan
  1. Nyeri akut b/d peningkatan vaskular serebral
  2. Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
  3. Resiko penurunan curah jantung b/d peningkatan after load, vasokontriksi
  4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d keterbatasan kognitif.

9.    Intervensi
NO
NO DX
INTERVENSI
RASIONAL
1
1
  1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
  2. Memberikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya pijat punggung dan leher.
  3. Kolaborasi: berikan sesuai indikasi analgesik.
  1. Menimimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
  2. Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler cerebral dan memperlambat/memblok respon simpatis evektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
  3. Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
2.
2
  1. Instruksikan tentang teknik penghematan energi.
  2. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
  1. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
  2. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba – tiba.
3.
3
  1. Catat keberadaan kualitas denyutan sentral dan perifer.
  2. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
  3. Kolaborasi: berikan obat obat sesuai indikasi, contoh: diuretik loop misalnya furosemid (lasix); asam etakrinik (edekrin); bumetanid (burmex).
  1. Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin teramati. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.
  2. Adanya pucat, dingin, kulit lembab, dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
  3. Obat ini menghasilkan diuresis kuat dengan menghambat resorbsi natrium dan klorida serta merupakan anti hipertensif evektif.
4.
4
  1. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak.
  2. Bahas pentingnya penghentian merokok dan membantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.
  1. Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah untuk memungkinkan pasien melakukan penhobatan meskipun ketika merasa sehat.
  2. Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan, meningkatkan beban kerja miokardium.

  1. Evaluasi
  1. Pasien dapat melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang/terkontrol.
  2. Pasien dapat melaporkan peninkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
  3. Pasien dapat menunjukkan penurunan dalam tanda tanda intoleransi fisiologi.
  4. Mempertahankan TD dalam rentan individu yang dapat diterima.
  5. Pasien dapat menyatakan pemahaman tentang proses penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC
Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi
kapita selekta kedokteran.2001.Jakarta:Media Aesculaplus
www.id.novartis.com
www.medicastore.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar